Minggu, 22 November 2009

SEPATU UNTUK SANG PENJAJAH

Oleh : Muhammadun[1]


” Ini dari para janda, anak yatim dan mereka yang terbunuh di Irak”.

Demikianlah Luapan kemarahan Muntazer al-Zaidi. Ia mengaku aksinya itu dilakukan spontanitas atas dasar kebencian terhadap pemerintahan AS yang sudah membunuh ratusan ribu warga Irak sejak penjajahan Amerika atas negeri seribu satu malam tahun 2003 lalu. "Ini benar-benar aksi spontanitas yang dilakukan oleh seorang warga Irak terhadap kepala negara yang telah menjajah negeri ini," kata Liwaa Sumeissim anggota gerakan Anti-Amerika Sadr seperti dikutip AFP, Senin (15/12/2008).

Bisa dibayangkan bagaimana marahnya Muntazer, wartawan TV Al-Baghdadia, sebuah stasion TV milik Iraq. Muntazer tentu bukan wartawan biasa. Dia diminta meliput Bush dalam acara yang tertutup dan dirahasiakan . Acara ini tentu sangat istimewa sehingga yang dikirim pastilah orang istimewa. Jelas dia punya karir cemerlang, kecerdasaan, dan kemampuan , sehingga dipilih untuk meliput kedatangan Bush yang rahasia. Tapi Muntazer melakukan tindakan berani, yang mungkin saja akan menjatuhkan karirnya.

Muntazer tampaknya tidak peduli. Baginya rasa perih rakyat Irak harus ditampakkan ke presiden dari negara arogan ini. Melempar sepatu dalam tradisi orang Arab merupakan bentuk kemarahan dan penghinaan yang besar bagi yang dilempar. ” Ini ciuman perpisahan untuk mu , anjing”, teriak Muntazer.

Muntazer dan siapapun orang Irak pantas marah kepada Bush. Penjajahan yang brutal yang dilakukan AS terhadap Irak telah menaruh rasa pedih dan sakit yang mendalam. Hampir satu juta rakyat sipil orang terbunuh, jutaan janda dan anak yatim yang ditinggal suami dan ayahnya. Itulah yang terungkap dari teriakan Muntazer,” Ini dari para janda, anak yatim dan mereka yang terbunuh di Irak”.

BBC (11/4/2007) pernah mengutip pernyataan Komite Internasional Palang Merah (ICRC), mengatakan bahwa situasi rakyat biasa di Irak terus memburuk. Empat tahun setelah penyerbuan pimpinan Amerika Serikat, ICRC mengatakan konflik di Irak menyebabkan penderitaan besar. Laporan lembaga paleng merah internasional (ICRC ) itu juga menyoroti sejumlah masalah. Fasilitas medis Irak mengalami kekurangan staf dan pasokan. Banyak dokter, perawat dan pasien yang tidak berani lagi pergi ke rumah sakit dan klinik karena takut menjadi sasaran. Banyak infrastruktur air, saluran pembuangan dan listrik dalam kondisi kritis. Kekurangan pangan dilaporkan terjadi di sejumlah daerah. Kasus kekurangan gizi juga dilaporkan terus meningkat.

Penjajahan Amerika

Amerika saat ini adalah simbol imperialisme. Baik penjajahan yang vulgar dilakukan seperti di Irak dan Afghanistan, maupun berbagai bentuk neoimperialisme melalui campur tangan keamanan, ekonomi, budaya dan politik di negara-negara lain. Jamil Salmi dalam violence and democatic society mencatat bahwaAmerika Serikat antara tahun 1945 sampai 2001 saja sudah melakukan 218 kali intervensi terhadap negara lain. Nergara Paman Sam ini juga merupakan otak kudeta berdarah di berbagai negara. Genocide atas nama demokrasi dan perang melawan terorisme juga telah menimbulkan korban sipil yang sangat besar di Irak dan Afghansitan. Pasca pendudukan AS, korban rakyat sipil Irak hampir mencapai angka 1 juta orang.

Negara ini memang haus darah dan mesin pembunuh. John Pike dari www.GlobalSecurity.org, sebuah grup riset, tentara Amerika menghamburkan 250.000 peluru untuk menembak mati tiap seorang gerilyawan. Biaya perang demikian besar. Staf Partai Demokrat di Kongres menghitung dari 2002 sampai 2008, perang yang lebih panjang dibanding Perang Dunia kedua itu, menghabiskan 1,3 trilyun dollar.

Menurut Salmi, Amerika juga merupakan pendukung pemerintah refresif di berbagai negara. Mendukung pemerintahan Syah Reza Pahlevi di Iran yang dikenal diktator, raja-raja Arab yang refresif, termasuk Suharto di masa orde Baru. Pasca perang dingin negara ini mendukung Musharaf penguasa diktator Pakistan yang kemudian dilengserkan oleh rakyatnya , Husni Mubarak di Mesir, atau Karimov di Uzbekistan. Jangan dilupakan negara ini merupakan pendukung setia rezim teroris Israel yang hingga kini secara sistematis membunuh kaum muslim di Palestina.

Amerika juga intensif mengekspor nilai-nilai palsunya dengan ancaman sejata. Atas nama HAM, Demokrasi,liberalisme, pasar bebas dan perang melawan terorisme mereka melakukan apa saja termasuk menjajah Irak dan Afghanistan. Di sisi lain ide-ide yang mereka usung penuh dengan kepalsuan dan kemunafikan.

Mereka mengatakan penegakan HAM berlaku sama bagi setiap umat manusia. Di sisi lain, negara Paman Sam ini merupakan pelanggar HAM nomor wahid di dunia. Berdasarkan HAM seharusnya seseorang baru bisa ditahan kalau setelah ada dakwaan yang jelas dan didampingi pengacara. Tapi lihatlah apa yang dilakukan AS, puluhan ribu orang ditahan tanpa ada dakwaan yang jelas, tanpa bukti dan tidak didampingi pengacara. Mereka dijeblokan dan disiksa dalam penjara Guantanamo, Abu Ghraib, dan penjara-penjara di negara-negara diktator lainnya yang mendukung AS.

Simbol Kemarahan Rakyat Irak

Begitulah kejahatan imperialisme Amerika. Maka wajar dimana saja George Bush berkunjung, demonstrasi anti Bush selalu marak. Bukan hanya Muntazer yang marah. Kantor berita BBC (15/12) melaporkan beberapa saat setelah kejadian pelemparan sepatu itu, puluhan ribu massa berkumpul di distrik Sadr City, Baghdad, mengelu-elukan Muntazer al-Zaidi. "Jutaan warga Irak dan jutaan orang lain di dunia ingin melakukan apa yang Muntazar kerjakan atau aksi yang sama dengan itu" kata Udaya, seorang demonstran. "Alhamdulilah dia memiliki keberanian untuk melakukannya, dan membalas dendam orang Irak terhadap pihak yang merusak dan menduduki negaranya serta membunuh penduduknya," katanya. ”Lebih dari lima juta orang menjadi yatim piatu karena Bush dan para pembantunya. Kami mengatakan Alhamdulilah karena Muntazar membuat kami bangga," tambah Udaya Sementara itu, Durgham saudara Udaya mengatakan Muntazer hanya menyampaikan pesan warga Irak kepada pendudukan Amerika yang diwakilkan presiden Bush.

Sebelumnya ratusan ribu rakyat Irak berkumpul di Kota Najaf untuk melancarkan unjukrasa besar yang meminta tentara yang dipimpin Amerika keluar. “No untuk penjajahan…Tidak untuk Amerika…Yes untuk kemerdekaan….” Inilah demonstrasi terbesar di Irak menentang keberadaan unsur asing di wilayah mereka. “Ini merupakan demonstrasi Irak atas nama semua rakyat Irak,” ujar salah seorang demonstran kepada kantor berita AFP (9/4/2007).

Tapi dasar Bush kepala batu dan tidak punya nurani, dia toh tidak merasa ada persoalan dengan lemparan itu. Peristiwa yang memalukan dan disiarkan diseluruh dunia ini sepetinya tidak menggoncang nuraninya. Dia tidak mau tahu, lemparan itu adalah kemarahan rakyat Irak kepada Negara Brutal AS.

Saya tidak merasa terganggu. Saya tidak tahu apa masalah orang itu … Saya sedikit pun tidak merasa terancam dengan kejadian ini,” jawab Bush saat ditanya soal insiden itu”. Sepertinya lemparan sepatu tidak cukup untuk Bush, Sang Penjajah.



[1] Muhammadun, MSi, Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru

1 komentar:

  1. Malu bagian dari Iman.Wajar kalau Bush biasa aja tidak persoalan dan tidak merasa malu. karena Imannya tidak ada.

    BalasHapus