Selasa, 24 November 2009

Obama Akan Mengirim Tentara Lebih Banyak ke Afghanistan

Presiden AS Barack Obama bertemu dengan Tim NSC (National Security Council - Dewan Keamanan Nasional), Senin (23/11), di Gedung Putih, mendiskusikan tentang pilihan yang akan diambil terhadap prang di Afghanistan. Obama yang sudah bertemu dengan tim NSC itu memilih opsi mengirimkan lebih banyak lagi tentara ke Afghanistan.

Sesudah pertemuan lengkap yang dihadiri tokoh dalam Tim NSC, nampaknya Presiden Obama akan segera mengumumkan langkah-langkah yang akan diambil terhadap Afghanistan. Pertemuan yang berlangsung di Gedung Putih itu, berlangsung hari Senin malam (23/11), ujar juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs.

Pertemuan Senin petang itu, berlangsung hingga pukul 10.00 pm, yang dihadiri Wapres Joe Biden, Menhan Robert Gate, Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Laksamana Mc Mullen, Panglima paskan AS di Afghanistan Jendral Mc Chrystal, dan Dubes AS di Afghanistan, Karl Eikenberry. Meskipun, ketika bertemu dengan sejumlah pejabat militer AS, ketika memperingati hari Veteran Perang, tanggal 11 Nopember, Presiden Obama telah meminta agar dilakukan revisi terhadap rencana penambahan pasukan AS di Afghanistan. Obama juga memikirkan bagaimana strategi militer AS dapat 'keluar' dari Afghanistan.

Menurut informasi dari Gedung Putih, Obama memilih menambah jumlah pasukan AS dengan jumlah sekitar 34.000 ke Afghanistan, sehingga jumlah pasukan AS di Afghanistan akan mencapai 68.000 pasukan untuk menghadapi Taliban. Sebelumnya, pertemuan yang berlangsung 11 Nopember itu, Jendral David Petraeus, Panglima Pasukan AS di Timur Tengah, lebih menginginkan pendekatan penguatan pasukan Afghanistan, bukan penambahan pasukan ke Afghanistan.

Menlu AS, Hallary Clinton, yang belum lama berkunjung ke Kabul, dan bertemu dengan Hamid Karzai, menjelang pelantikan Presiden Hamid Karzai sebagai kesempatan penting, menegaskan komitment AS kepada Karzai agar segera memperbaiki pemerintahannya, dan memberantas korupsi. Richard Holbrooke, yang menjadi utusan khusus Presiden Obama menginginkan agar rakayt Afghansitan menolong dirinya sendiri, dan mengurangi campur tangan AS di negeri.

Keputusan Obama yang akan mengirim lebih banyak lagi tentara ke Afghanistan, hanya akan menciptakan negeri itu menjadi lebih tidak stabil. Karena, sepanjang sejarah Afghanistan telah menjadi 'kuburan' bagi para penjajah. Itu sudah terbukti. (m/cnn)

Cara Umat Islam AS Melaksanakan Kurban


Menyambut hari raya Idul Adha, Salim Ahmad menchargerbaterai mobilnya untuk sebuah perjalanan tahunan yang biasa ia lakukan sebagai bagian integral dari perayaan hari besar keagamaan umat Islam.

Dirinya akan menyetir selama hampir setengah jam dari Ashburn - Virginia, menuju kota Falls Church untuk memilih hewan untuk kurban.

"Ini adalah bagian favorit saya dari sebuah perayaan Idul Adha," kata Ahmad, seorang warga Amerika asal Pakistan, kepada IslamOnline.net.

"Saya mengajak anak-anak kesini untuk pertama kalinya tahun lalu, dan segala cara saya menjelaskan kepada mereka makna dan mengapa umat Islam harus melakukan kurban," katanya.

"Tahun ini mereka bersikeras untuk menemani saya dan memilih hewan kurban mereka sendiri," kata Ahmed sambil tersenyum menutupi wajahnya.

Udhiyah (hewan kurban) adalah bagian yang sangat penting dari perayaan Idul Adha, yang jatuh pada hari Jumat dan menandai akhir haji, bagi mayoritas Muslim AS.

"Umat Islam yang mampu secara finansial sangat antusias untuk berkurban sebagai bagian dari Sunnah nabi Ibrahim dan Ismail AS," kata Khaled Iqbal, wakil direktur All Dulles Area Muslim Society (ADAMS).

Seorang muslim yang secara finansial mampu wajib untuk mengorbankan satu ekor domba atau kambing atau bisa juga dengan berenam atau bertujuh mengorbankan seekor onta ataupun sapi selama perayaan Idul Adha.

Meskipun tidak ada statistik resmi, Muslim Amerika diperkirakan berjumlah sekita 7,8 juta jiwa.

Banyak Cara

Ahmad mengatakan bahwa ia tidak akan melakukan pemotongan sendiri.

"Para pekerja pasar akan melakukannya untuk saya serta menguliti dan membagi-bagikan dagingnya."

Daging Udhiyah (hewan kurban) harus dibagi dalam tiga bagian yang sama, masing-masing untuk sepertiga untuk keluarga sendiri, seperti untuk kerabat dan seperti lagi untuk orang miskin.

Shaker El-Sayyid Imam Dar Al-Hijrah Islamic Center di Falls Church mengatakan ada banyak cara yang berbeda bagi umat Islam AS untuk berkurban.

"Beberapa toko daging halal dapat melakukan penyembelihan atas nama mereka yang berkurban, sementara yang lain pergi ke rumah-rumah pemotongan atau peternakan yang sudah ditetapkan untuk tujuan itu," jelasnya.

Bagi Hamza Al-Abbasi dari Washington DC, dirinya selalu tertarik untuk memotong hewan kurbannya sendiri.

"Setelah sholat Idul Adha kami pergi ke peternakan yang terletak di luar kota dan melakukan penyembelihan, "katanya kepada IOL.

Iqbal, deputi direktur Adams, mengatakan organisasi-organisasi amal di AS menawarkan pilihan lain bagi umat Islam.

Mereka menerima uang dari orang yang ingin melakukan kurban dan mendistribusikan daging-daging tersebut kepada masyarakat miskin di Amerika Serikat.

Banyak organisasi amal internasional umat Islam yang juga menawarkan pilihan untuk mengirim Udhiyah mereka ke seluruh dunia di wilayah-wilayah yang sangat membutuhkan.

"Ada Islamic Relief dan Helping Hand dan masih banyak kelompok lain," kata Iqbal.

Dia menambahkan bahwa banyak umat Islam imigran yang ingin berkurban biasanya memilih untuk mengirim uang ke negara asal mereka untuk dibelikan hewan kurban dan dipotong disana.

"Saya sendiri mengirim uang untuk Udhiyah ke Pakistan di mana itu udhiyah tersebut akan disembelih dan diberikan kepada yang membutuhkan."(fq/iol)

Militer Zionis Akui Tanda Kehancuran Israel

Selasa, 24 November 2009

MediaUmat- Gabi Ashkenazi, Kepala Staf Angkatan Bersenjata Rezim Zionis Israel mengkhawatirkan eskalasi pembangkangan tentara rezim Zionis dan menilainya sebagai pemicu kehancuran militer Israel. Sebagaimana ditulis koran Zionis, Yediot Aharonot, Ashkenazi mengatakan, "Militer Israel tidak akan bisa bertahan, jika tentaranya tidak menaati perintah atasan mereka."

Kekhawatiran Ashkenazi soal eskalasi pembangkangan di kalangan tentara dan perwira militer Zionis mengemuka di saat Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu beberapa hari lalu memperingatkan bahwa pembangkangan terhadap perintah atasan militer bisa mengakibatkan kehancuran Israel.

Sumber Zionis melaporkan, sekitar setengah dari pemuda Israel menolak mendaftarkan diri menjadi tentara rezim Zionis. Para pengamat politik menilai peningkatan tentara Zionis yang lari dari tugas adalah faktor penyebab kekalahan Israel dalam perang dengan Lebanon pada tahun 2006 dan perang 22 hari di Jalur Gaza. Setelah kegagalan dua perang tersebut, sumber Zionis menyebutkan terjadinya peningkatan drastis aksi bunuh diri di kalangan militer Israel. (irib.ir, 23/11/2009)

Minggu, 22 November 2009

SEPATU UNTUK SANG PENJAJAH

Oleh : Muhammadun[1]


” Ini dari para janda, anak yatim dan mereka yang terbunuh di Irak”.

Demikianlah Luapan kemarahan Muntazer al-Zaidi. Ia mengaku aksinya itu dilakukan spontanitas atas dasar kebencian terhadap pemerintahan AS yang sudah membunuh ratusan ribu warga Irak sejak penjajahan Amerika atas negeri seribu satu malam tahun 2003 lalu. "Ini benar-benar aksi spontanitas yang dilakukan oleh seorang warga Irak terhadap kepala negara yang telah menjajah negeri ini," kata Liwaa Sumeissim anggota gerakan Anti-Amerika Sadr seperti dikutip AFP, Senin (15/12/2008).

Bisa dibayangkan bagaimana marahnya Muntazer, wartawan TV Al-Baghdadia, sebuah stasion TV milik Iraq. Muntazer tentu bukan wartawan biasa. Dia diminta meliput Bush dalam acara yang tertutup dan dirahasiakan . Acara ini tentu sangat istimewa sehingga yang dikirim pastilah orang istimewa. Jelas dia punya karir cemerlang, kecerdasaan, dan kemampuan , sehingga dipilih untuk meliput kedatangan Bush yang rahasia. Tapi Muntazer melakukan tindakan berani, yang mungkin saja akan menjatuhkan karirnya.

Muntazer tampaknya tidak peduli. Baginya rasa perih rakyat Irak harus ditampakkan ke presiden dari negara arogan ini. Melempar sepatu dalam tradisi orang Arab merupakan bentuk kemarahan dan penghinaan yang besar bagi yang dilempar. ” Ini ciuman perpisahan untuk mu , anjing”, teriak Muntazer.

Muntazer dan siapapun orang Irak pantas marah kepada Bush. Penjajahan yang brutal yang dilakukan AS terhadap Irak telah menaruh rasa pedih dan sakit yang mendalam. Hampir satu juta rakyat sipil orang terbunuh, jutaan janda dan anak yatim yang ditinggal suami dan ayahnya. Itulah yang terungkap dari teriakan Muntazer,” Ini dari para janda, anak yatim dan mereka yang terbunuh di Irak”.

BBC (11/4/2007) pernah mengutip pernyataan Komite Internasional Palang Merah (ICRC), mengatakan bahwa situasi rakyat biasa di Irak terus memburuk. Empat tahun setelah penyerbuan pimpinan Amerika Serikat, ICRC mengatakan konflik di Irak menyebabkan penderitaan besar. Laporan lembaga paleng merah internasional (ICRC ) itu juga menyoroti sejumlah masalah. Fasilitas medis Irak mengalami kekurangan staf dan pasokan. Banyak dokter, perawat dan pasien yang tidak berani lagi pergi ke rumah sakit dan klinik karena takut menjadi sasaran. Banyak infrastruktur air, saluran pembuangan dan listrik dalam kondisi kritis. Kekurangan pangan dilaporkan terjadi di sejumlah daerah. Kasus kekurangan gizi juga dilaporkan terus meningkat.

Penjajahan Amerika

Amerika saat ini adalah simbol imperialisme. Baik penjajahan yang vulgar dilakukan seperti di Irak dan Afghanistan, maupun berbagai bentuk neoimperialisme melalui campur tangan keamanan, ekonomi, budaya dan politik di negara-negara lain. Jamil Salmi dalam violence and democatic society mencatat bahwaAmerika Serikat antara tahun 1945 sampai 2001 saja sudah melakukan 218 kali intervensi terhadap negara lain. Nergara Paman Sam ini juga merupakan otak kudeta berdarah di berbagai negara. Genocide atas nama demokrasi dan perang melawan terorisme juga telah menimbulkan korban sipil yang sangat besar di Irak dan Afghansitan. Pasca pendudukan AS, korban rakyat sipil Irak hampir mencapai angka 1 juta orang.

Negara ini memang haus darah dan mesin pembunuh. John Pike dari www.GlobalSecurity.org, sebuah grup riset, tentara Amerika menghamburkan 250.000 peluru untuk menembak mati tiap seorang gerilyawan. Biaya perang demikian besar. Staf Partai Demokrat di Kongres menghitung dari 2002 sampai 2008, perang yang lebih panjang dibanding Perang Dunia kedua itu, menghabiskan 1,3 trilyun dollar.

Menurut Salmi, Amerika juga merupakan pendukung pemerintah refresif di berbagai negara. Mendukung pemerintahan Syah Reza Pahlevi di Iran yang dikenal diktator, raja-raja Arab yang refresif, termasuk Suharto di masa orde Baru. Pasca perang dingin negara ini mendukung Musharaf penguasa diktator Pakistan yang kemudian dilengserkan oleh rakyatnya , Husni Mubarak di Mesir, atau Karimov di Uzbekistan. Jangan dilupakan negara ini merupakan pendukung setia rezim teroris Israel yang hingga kini secara sistematis membunuh kaum muslim di Palestina.

Amerika juga intensif mengekspor nilai-nilai palsunya dengan ancaman sejata. Atas nama HAM, Demokrasi,liberalisme, pasar bebas dan perang melawan terorisme mereka melakukan apa saja termasuk menjajah Irak dan Afghanistan. Di sisi lain ide-ide yang mereka usung penuh dengan kepalsuan dan kemunafikan.

Mereka mengatakan penegakan HAM berlaku sama bagi setiap umat manusia. Di sisi lain, negara Paman Sam ini merupakan pelanggar HAM nomor wahid di dunia. Berdasarkan HAM seharusnya seseorang baru bisa ditahan kalau setelah ada dakwaan yang jelas dan didampingi pengacara. Tapi lihatlah apa yang dilakukan AS, puluhan ribu orang ditahan tanpa ada dakwaan yang jelas, tanpa bukti dan tidak didampingi pengacara. Mereka dijeblokan dan disiksa dalam penjara Guantanamo, Abu Ghraib, dan penjara-penjara di negara-negara diktator lainnya yang mendukung AS.

Simbol Kemarahan Rakyat Irak

Begitulah kejahatan imperialisme Amerika. Maka wajar dimana saja George Bush berkunjung, demonstrasi anti Bush selalu marak. Bukan hanya Muntazer yang marah. Kantor berita BBC (15/12) melaporkan beberapa saat setelah kejadian pelemparan sepatu itu, puluhan ribu massa berkumpul di distrik Sadr City, Baghdad, mengelu-elukan Muntazer al-Zaidi. "Jutaan warga Irak dan jutaan orang lain di dunia ingin melakukan apa yang Muntazar kerjakan atau aksi yang sama dengan itu" kata Udaya, seorang demonstran. "Alhamdulilah dia memiliki keberanian untuk melakukannya, dan membalas dendam orang Irak terhadap pihak yang merusak dan menduduki negaranya serta membunuh penduduknya," katanya. ”Lebih dari lima juta orang menjadi yatim piatu karena Bush dan para pembantunya. Kami mengatakan Alhamdulilah karena Muntazar membuat kami bangga," tambah Udaya Sementara itu, Durgham saudara Udaya mengatakan Muntazer hanya menyampaikan pesan warga Irak kepada pendudukan Amerika yang diwakilkan presiden Bush.

Sebelumnya ratusan ribu rakyat Irak berkumpul di Kota Najaf untuk melancarkan unjukrasa besar yang meminta tentara yang dipimpin Amerika keluar. “No untuk penjajahan…Tidak untuk Amerika…Yes untuk kemerdekaan….” Inilah demonstrasi terbesar di Irak menentang keberadaan unsur asing di wilayah mereka. “Ini merupakan demonstrasi Irak atas nama semua rakyat Irak,” ujar salah seorang demonstran kepada kantor berita AFP (9/4/2007).

Tapi dasar Bush kepala batu dan tidak punya nurani, dia toh tidak merasa ada persoalan dengan lemparan itu. Peristiwa yang memalukan dan disiarkan diseluruh dunia ini sepetinya tidak menggoncang nuraninya. Dia tidak mau tahu, lemparan itu adalah kemarahan rakyat Irak kepada Negara Brutal AS.

Saya tidak merasa terganggu. Saya tidak tahu apa masalah orang itu … Saya sedikit pun tidak merasa terancam dengan kejadian ini,” jawab Bush saat ditanya soal insiden itu”. Sepertinya lemparan sepatu tidak cukup untuk Bush, Sang Penjajah.



[1] Muhammadun, MSi, Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Pekanbaru

NEGERI BALAP KARUNG

Oleh : Ir. Muhammadun, M.Si

Indonesia, kini genap berusia 63 tahun. Usia 63 tahun ini berada di kisaran umur Nabi Muhammad SAW. Kita tidak tahu sampai kapan umur Republik Indonesia. Hanya saja semakin tua umur negeri dari Sabang sampai Merauke ini, makin menyedihkan. Penduduk miskin makin banyak, sumber daya alam luluh lantak, hutang luar negeri makin menumpuk, biaya sekolah makin mahal, harga-harga bahan pokok pun makin membumbung tinggi. Sangat bertolak belakang dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana termaktub dalam pembukaaan UUD 1945.
Kondisi bangsa ini mirip dengan fenomena balap karung. Bukan tanpa arti bila permainan ini senantiasa dilombakan dalam pesta 17 Agustusan. Balap karung sesungguhnya mencerminkan jiwa bangsa. Balap karung persis menunjukkan perjalanan Bangsa Indoneia yang selalu saja kesrimpung. Maklum, nafsu untuk berlari begitu besar, tapi tenaga mampat karena kedua kaki terbelenggu ujung karung. Ironisnya, karung belenggu itu kita pegangi sendiri kencang-kencang dengan kedua belah tangan kita.
Kita berteriak ”bangkit Indonesia, bangkit Indonesia”, pekik merdeka pun hingga kini masih populer. Tapi di saat yang sama para petinggi republik ini makin menghamba pada kekuatan asing. Hakikatnya, menurut Dr. Revrisond Baswier, Republik Indonesia makin tidak mandiri, belum merdeka, belum berdaulat, serta banyak tergantung negara-negara asing. Celakanya, yang membuat kita masih terjajah adalah kita sendiri yang masih bermental inlander. Sehingga kita malah menikmati neo-kolonialisme yang melanda bangsa dan negara. DPR dan Pemerintah banyak mengesahkan peraturan perundangan yang mencerminkan sikap inlander tersebut. Akibatnya intervansi asing terjadi di berbagai lini kehidupan. Intervensi asing dalam pengelolaan bangsa, bisa kita lihat beberapa contohnya sebagai berikut :

Intervensi Pendidikan
Kita berteriak rakyat harus cerdas karena cita-cita republik ini adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, namun kini kita menganut kapitalilasi pendidikan. Akibatnya biaya sekolah makin mahal. Untuk sekedar contoh, kampus-kampus besar seperti UGM, UI, ITB dan IPB adalah Perguruan Tinggi paling favorit. Karena laku, lantas “dijual”. Keempatnya sejak tahun 2000, berubah statusnya menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) berdasarkan PP No. 60/1999 dan PP No 61/1999. Kelak mereka bakal menjadi perusahaan jasa pendidikan pendidikan murni dengan payung Badan Hukum Pendidikan (BHP) berdasarkan UU Sisdiknas No 20/2003 pasal 53 ayat 4.
Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in Education, membeberkan bagaimana para pengambil kebijakan dan pelaksana pendidikan dipaksa menjalankan manajemen perusahaan berorientasi bisnis. Diantara dengan mengundang kapitalis merasuki kampus. Maka, IPB misalnya tidak sungkan lagi mengubah sebagian lahan kampus dan asrama mahasiswa-nya menjadi pusat perbelanjaan.
Draft RUU BHP sebenarnya dirancang sejak pertemuan World Declaration on Higher Education for the Twenty-First Century : Vision and Action di Paris tahun 1998 yang disponsori UNESCO. Kapitalisasi dan liberalisasi pendidikan ini merupakan salah satu konsekuensi dari General Agreement on Trade in Services (GATS) WTO yang meliberalisasi perdagangan 12 sektor jasa, antara lain layanan kesehatan, teknologi informasi dan komunikasi, jasa akuntansi, dan jasa pendidikan.

”Asingisasi” BUMN
Dengan UU No 25/2007 tentang Penenaman Modal, pemain asing diberi kebebasan berkompetisi di Indonesia. Pasal 7 ayat 1 dan 2 malah menghalangi ”nasionalisasi” dengan berbagai aturan yang menyulitkan dan merugikan negara sendiri. Yang terjadi justeru ”asingisasi” BUMN kita. Tahun ini, Komite Privatisasi memutuskan untuk untuk menjual atau memprivatisasi 34 BUMN dan melanjutkan privatisasi 3 BUMN yang tertunda tahun sebelumnya. Privatisasi dilakukan melalui IPO di bursa efek (Bisnis Indonesia, 5/2/2008). Tentu dalam kondisi krisis dalam negeri seperti ini, pemain asing lah yang akan mampu membeli BUMN-BUMN kita.
Sebelumnya, hingga tahun 2001 telah dijual 14 BUMN. Pada periode 2001-2006, melalui skenario privatisasi kembali terjual 10 BUMN. Sedangkan tahun 2008 ini ditargetkan 37 BUMN dapat diprivatisasi. Celakanya BUMN yang ditawarkan di pasar adalah BUMN yang tergolong strategis dan sehat. Contoh yang pernah mencuat adalah penjualan Indosat. Beberapa BUMN lain yang dilego adalah : PT Krakatau Steel, PT Bank Tabungan Negara, PT Sucofindo, PT Sarinah, PT INTI, Garuda Indonesia, PT Waskita Karya, dll (Bisnis Indonesia, 5/2/2008). Sekretaris Meneg BUMN M Said Didu mengatakan, sebanyak 85 persen saham BUMN yang sudah melantai di pasar bursa dikuasai oleh kapitalis asing ( Tempo Interaktif, 23/2/2006).

Penguasaan Migas
Berdasarkan UU Migas No 22 tahun 2001, pemodal asing bebas bermain di sektor migas dari hulu sampai hilir. Saat ini, menurut Dr Hendri Saparini, lebih dari 90 persen dari 120 production sharing contract kita dikuasai korporasi asing. Lebih dari 70 persen cadangan minyak dan 80 persen cadangan gas Indonesia dikuasai 60-an perusahaan asing termasuk the big five : ExxonMobil, ShellPenzoil, TotalFinaElf, BPAmocoArco, dan ChevronTexaco.
Dengan legalisasi UU Migas tersebut, pada tahun 2004 sebanyak 105 perusahaan swasta (asing) mendapat ijin untuk merambah sektor hilir migas, termasuk membuka SPBU (Trust, edisi 11/2004). Perusahaan-perusahaan asing itu antara lain British Petrolium, Shell, Petro China, Petronas dan Chevron Texaco. Mereka beroperasi setelah pemerintah beberapa kali menaikkan harga BBM. Merekalah sejatinya yang mendesak agar harga BBM di Indonesia disesuaikan dengan harga pasar Internasional (pasal 28 UU Migas). Akibatnya? Kita semua merasakan makin mahalnya harga BBM.
Bukti lain konyolnya UU Migas adalah pada pasal 22 ayat 1 yang mengatakan bahwa badan usaha atau bentuk usaha wajib menyerahkan paling banyak 25 persen bagiannya dari hasil minyak dan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Lho, sebanyak-banyaknya kok 25 persen? Sekurang-kurangnya saja belum tentu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Akibatnya? BBM bukan hanya mahal, tapi juga langka.
Dr. Revrisong Baswier mengatakan bahwa UU Migas tersebut draft-nya di buat oleh korporasi asing. Untuk membuat UU tersebut pihak Indonesia harus utang sebesar 4 juta dólar pada USA dan Asia Development Bank. Artinya kita mengutang untuk membuat Undang-undang yang sejatinya untuk kepentingan neo-kolonialis asing (Al-Wa’ie. Agustus 2008)

Intervansi Bidang Hankam, Hukum dan Budaya
Di bidang pertahanan-keamanan, kita diatur asing lewat program-program IMET (dengan Amerika Serikat), DCA (dengan Singapura), Densus 88 (AS-Australia) Namru 2 (Amerika Serikat). Proyek NAMRU 2 yang ditentang oleh Menteri Kesehatan Dr Siti Fadillah Supari ini, pernah disebut oleh Koordinator MER-C dr Jose Rizal Jurnalis sebagai pangkalan militer Amerika di jantung Indonesia.
Sementara itu di bidang hukum, warisan kolonial Belanda masih mendominasi hukum perdata dan pidana kita. Kita berteriak tegakkan supremasi hukum. Namun hukum yang berlaku masih warisan penjajah. Tentu banyak pasal yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Contoh, dalam KUHP pasal 284, yang termasuk kategori perzinahan (persetubuhan di luar nikah)yang dikenakan sanksi hanyalah pria dan atau wanita yang telah menikah. Itupun jika ada pengaduan dari pihak yang dirugikan. Sanksinya pun hanya maksimal 9 bulan penjara.
Sebagaimana kita maklum, sumber pokok hukum perdata di Indonesia (Burgerlijk Wetboek) berasal dari hukum perdata Prancis, yaitu Code Napoleon, yang karena pendudukan Prancis di Belanda berlaku juga di negeri Belanda (tahun 1838). Di Indonesia, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), juga merupakan copy paste dari KUHP untuk golongan Eropa (1867), dan KUHP untuk golongan Eropa itu juga copy paste dari Code Penal, yaitu Hukum Pidana di Prancis jaman Napoleon (1811).
Rakyat negeri katulistiwa ini pun bertubi-tubi diserbu arus budaya liberal. Sehingga pada domain private maupun publik kini kehidupan makin liberal. Seks bebas merajalela. Meski dampaknya ribuan rakyat terkena AIDS, sementara jutaan orok diaborsi tiap tahun. Namun para pengikut barisan kemaksiatan terus menjajakan budaya asing yang liberal ini.
Di bumi Melayu Riau pun sampai ada oknum anggota DPRD yang secara demonstratif mendukung kemaksiatan. Oknum anggota DPRD itu berencana mengundang Julia Perez dan Melly Zamri ke lokalisasi pelacuran Teleju. Mental inlender tapi liberal, bertemu dengan peraturan perundangan warisan kolonial. Makin rusaklah negeri ini. MUI dan puluhan ormas Islam di Pekanbaru pun bersikap tegas. Di depan MUI pada hari Selasa (12/8/2008), oknum tersebut berjanji membatalkan acara menjijikkan itu.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan pada semua pihak, wasiat Nabi Muhammad SAW :” Apabila suatu kaum melakukan praktek riba dan perzinahan secara terang-terangan, maka sesungguhnya kaum itu telah menghalalkan dirinya untuk mendapatkan adzab dari Allah azza wajalla” (HR Ahmad). Angka kemiskinan tidak akan turun dengan agenda memalukan yang digagas ”budayawan” yang satu ini. Justeru adzab Allah yang akan dihadapi oleh rakyat Bumi Melayu.
Jika “Sang Budayawan” tadi mengaku jadi orang Indonesia, tentu pernah membaca pembukaan UUD 1945. Di pembukaan itu tegas dinyatakan bahwa kemerdekaan Indonesia atas berkat Ramat Allah. Tapi kok memperingati HUT kemerdekaan RI dengan melecehkan hukum-hukum Allah? Inilah fenomena Negeri Balap Karung. Berteriak menjungjung nilai-nilai moral, tapi di saat yang sama nilai-nilai moral malah dicampakkan. Hukum-hukum agama pun dilecehkan.

Melepaskan Belenggu Karung.
Jika negeri ini ingin berlari kencang, maka lepaskanlah karung yang membelenggu. Karung yang harus dilepaskan itu adalah simbolisasi dari mental inlander kita. Mental kita yang senantiasa menghamba pada penjajah. Mental kita yang suka mengagung-agungkan hukum kolonial. Mental kita yang senantiasa mendewakan budaya asing.
Jika negeri ini ingin berlari kencang meraih cita-citanya, maka ide-ide “karung” yang membelenggu juga harus dilepaskan. Agar leluasa berlari, agar sesuai dengan fitrah. Ide-ide yang selama ini membelenggu bangsa ini adalah sekularisme, kapitalisme, liberalisme dan isme-isme sesat lainnya.
Jika karung pembelenggu itu telah lepas dari diri kita. Dan kita kembali pada fitrah sebagai hamba Allah. Hamba yang tunduk pada aturan-aturan Dzat yang Maha Pencipta. Maka hukum Allah swt akan kita tegakkan baik pada tataran privat, publik maupun negara, maka Insya Allah kemenangan sejati dan kemerdekaan hakiki benar-benar dapat terwujud. Kesejahteraan, kecerdasan dan keadilan dapat dirasakan oleh seluruh rakyat. Inilah hakikat dari mensyukuri kemerdekan, yakni dengan menegakkan aturan Allah SWT, Dzat yang memberi kita limpahan nikmat. Bukan dengan mempropagandakan kemaksiatan.

Dauroh Pemuda dan Mahasiswa

Semangat Pemateri Membius Peserta Dauroh


Ust. Ardiansyah, SH, S.Ag.I, MH Memaparkan Materi Islam Ideologi


Peserta Mengikuti Acara

Ust. Ir. Muhammadun, M.Si Menyampaikan Materi Aqidah Islam



Peserta Antusias Mendengarkan Pemaparan Materi


Foto Bersama Selesai Acara Dauroh

Miliband: Pemerintah Afghanistan Akan Runtuh Dengan Cepat Jika NATO Ditarik

Menteri Luar Negeri Inggris, David Miliband mengatakan bahwa pemerintah Afghanistan

sekarang akan runtuh dalam beberapa minggu jika pasukan asing di bawah NATO yang ada di negara ini ditarik sekarang.

Miliband mengatakan dalam sebuah keterangan yang dipublikasikan pada hari Sabtu (21/11) oleh surat kabar Inggris The Guardian, bahwa para pejuang Taliban akan dengan cepat mengalahkan pasukan Afghanistan jika negara-negara Barat memutuskan untuk menarik pasukannya dari Afghanistan.

Menteri Luar Negeri Inggris itu berkata: “Jika pasukan internasional ditarik, maka Anda tinggal memilih waktu—lima menit, 24 jam, atau satu minggu. Sebaliknya para pejuang yang memang telah dipersiapkan untuk melakukan perlawanan akan dengan mudah mengalahkan pasukan Afghanistan, sehingga dengan demikian keadaannya akan kembali ke titik nol.”

Sementara Presiden Afganistan, Hamid Karzai mengatakan bahwa pasukan Afghanistan diramalkan dapat mengambil alih negara dalam lima tahun ke depan. Sedangkan Miliband, mengatakan bahwa pasukan internasional siap untuk tinggal di Afghanistan selama masih dibutuhan.

Seorang pejabat Inggris mengatakan: “Sesungguhnya jadwal buatan sementara hanya menguntungkan bagi musuh-musuh kita saja.”

Perdana Menteri Inggris, Gordon Brown mengatakan di depan House of Commons (DPR) di London pekan lalu, bahwa Inggris berkomitmen untuk mencapai tujuannya di Afghanistan, meski tingginya jumlah korban di antara pasukannya, dan meski semakin derasnya opini umum dari masyarakat yang menuntut penarikannya. (mediaumat.com, 22/11/2009)

Nasib Para Siswi Sekolah Islam di Inggris

Sabtu, 21/11/2009 09:39 WIB

Eramuslim-Para pendidik Muslim di Inggris prihatin terhadap penutupan sekolah-sekolah Islam yang menyebabkan tidak ada pilihan bagi orang tua Muslim selain mengirim anak-anak mereka sekolah ke luar negeri dengan biaya pendidikan dan kualitas yang rendah.
"Hal ini sangat menyedihkan karena mereka tidak akan mendapatkan kualitas pendidikan yang sama dan hanya beberapa diantara mereka mengakhirinya dengan menikah dan tidak menyelesaikan studi mereka sama sekali," kata Hojjat Ramzy, kepala sekolah pada Iqra Girls 'School di Oxford, salah satu sekolah swasta Islam yang akan menghadapi penutupan.

Banyak orang tua Muslim cenderung untuk mengirim anak-anak mereka ke Pakistan dan Bangladesh untuk menyelesaikan studi mereka.

"Saya suka di sini, saya bisa belajar tentang agama saya dan saya dapat berbicara secara terbuka tentang hal itu, "kata Zainab Rahman, siswa kelas tujuh di Iqra Girls 'School.

"Tapi jika sekolah ini harus ditutup, saya tidak punya tempat untuk pergi sekolah," katanya sambil mengekspresikan rasa takut bahwa orangtuanya akan mengirimnya ke Pakistan untuk belajar dan tinggal bersama keluarganya di sana.

Teman baiknya di kelas telah dikirim ke Pakistan bulan lalu karena orangtuanya tidak mampu membayar biaya sekolah.

"Dia benar-benar tidak punya pilihan lain dan harus pergi ke luar negeri," kata Rahman.

"Saya telah kehilangan kontak dengan dia sejak itu."

Seorang juru bicara Departemen untuk Anak-anak, Sekolah dan Keluarga mengatakan bahwa sekolah-sekolah Muslim telah gagal untuk dapat bergabung ke sektor negara agar mendapatkan semua biaya operasional dari pemerintah.

Namun pejabat sekolah melihat pilihan tersebut tidak bisa dijalankan karena hanya akan memberi pemerintah pengaruh lebih besar terhadap bagaimana sekolah dikelola.

"Mereka ingin tetap mandiri dan sehingga mereka harus mencoba untuk bertahan hidup dengan diri mereka sendiri," kata Mukadhum.

"Kalau mereka tidak mampu melakukannya itu berarti kehilangan besar bagi semua orang tua, guru dan siswa yang terlibat."(fq/iol)

Amerika Mendesak Afghanistan Membentuk “Dewan Kebangkitan” Untuk Melawan Taliban


Minggu, 22 November 2009

MediaUmat- Sumber Amerika menyebutkan bahwa Amerika Serikat mulai mendesak warga Afghanistan membentuk milisi untuk memerangi gerakan Taliban, seperti “Dewan Kebangkitan” di Irak.

Surat kabar “New York Times” menjelaskan bahwa para pejabat Amerika dan Afghanistan sedang mempelajari kemungkinan untuk meningkatkan jumlah milisi bersenjata di jantung Taliban itu sendiri, yaitu di bagian selatan dan timur negara itu.
Para pejabat tersebut berharap bahwa rencana yang disebut dengan “inisiatif pertahanan” ini memungkinkan ribuan orang bersenjata di negara itu untuk melawan Taliban, yang pengaruhnya telah meluas secara signifikan selama periode terakhir.